English French German Spain Italian Dutch

Portuguese Russian Chinese Simplified Japanese Korean Arabic
Translate Widget by Google
Welcome to GIRI MAHENDRA Blog
« »
« »
« »
Get this widget

MY PHOTO

About Me


Loading...

Komunitas FB

Kamis, 14 Juni 2012

teori akuntansi_pendapatan


Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai definisi dari pendapatan, diantaranya adalah menurut FASB dalam SFAC No. 6, IAI yang mengadopsi definisi dari IASC, dan APB No. 4. dari beberapa sumber tersaebut dapat didaftar beberapa kharakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Kharakteristik tersebut adalah kenaikan aset, operasi utama berlanjut, penurunan kewaiban, suatu entitas, produk perusahaan, pertukaran produk, menyandang beberapa nama, dan mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Teori tentang pendapatan menyangkut masalah definisi, pengakuan, saat pengakuan dan prosedur pengakuan. Pendapatan dapat didefinisi dari beberapa konsep. Yang membentuk pengertian pendapatan adalah:
Aliran masuk atau kenaikan aset
2.      Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus;
3.      Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban;
4.      Suatu entitas;
5.      Produk perusahaan;
6.      Pertukaran produk;
7.      Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk;
8.      Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Karakteristik 3-8 sebenarnya merupakan ppenjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik 1 dan 2 merupakan karakteristik utama sedangkan lainnya merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbu, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Paton dan Littleton (1970,hlm47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a)      Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b)      Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c)      Hadiah, donasi, atau temuan.
d)     Revaluasi aset yang telah ada.
e)      Penyediaan dan atau penyerahan produk (barang dan jasa).
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk (inflow concept of revenue).  Konsep ini memilki kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi. 
            Tidak semua kenaikan aset memebentuk pendapatan. Kegiatan utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirim berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa. Produk perusahaan harus diartikan sebagai seluruh jenis barang dan jasa yang disediakan atau diserahkan kepada pelangganan tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut ataupun sering tidaknya produk tersebut dihasilkan.
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau incidental sering dianggap sebagai pos pendapatan “non operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai sebagai pos operasi dan nonoperasi 

hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi tersebut benar-benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara kebetulan saja.  Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenues and gain). Untuk kepentingan manajerial pemisahan kegiatan menjadi operasi dan non operasi dapat saja dilakukan, akan tetapi untuk tujuan eksternal kedua kegiatan tersebut harus tetap dipandang sebagai kegiatan operasi.
            Pendapatan tidak hanya didefinisi dari sudut kenaikan aset tetapi juga dari penurunan atau pelunasan kewajiban. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan takterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampai ada prestasi dari perusahaan berupa pengiriman barang atau pelaksana jasa. Kejadian pengiriman barang mengubah kewajiban menjadi pendapatan. Jadi alih-alih didefinisi sebagai kenaikan aset pendapatan dapat didefinisi sebagai penurunan kewajiban.
Pendapatan didefinisi sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih  meskipun kenaikan aset tersebut akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Jadi aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Naiknya aset karena pendapatan akan mengakibatkan naiknya ekuitas. Ekuitas naik karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisi sebagai kenaikan ekuitas.
FASB menyebutkan bahwa untuk dapat disebut pendapatan kenaikan aset harus berasal dari penyerahan barang atau pelaksanaan jasa. Jadi harus ada aliran keluar suatu barang atau jasa yang menandai atau memicu terjadinya pendapatan. Kelemahan konsep aliran keluar adalah bahwa pendapatan harus dikatakan terjadi setelah ada penyerahan barang. Hal ini menghalangi pengakuan pendapatan sebelum barang diserahkan. Bila beberapa definisi diatas digabung, memang ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu:
  1. Aliran fisis berupa:
Kejadian memproduksi dan menjual produk
 Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b.      Aliran moneter berupa:
·         Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke consumer
·         Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.
Paton dan Littleton memasukkan kata pertukaran dalam definisinya karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.

Untung
Banyak argument diajukan mengenai perlu atau tidaknya pendapatan dibedakan dengan untung. Seperti pendapatan, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian untung adalah:
1.      Kenaikan ekuitas (aset bersih)
2.      Transaksi periferal atau insidental
3.      Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Dari ketiga karakteristik tersebut yang paling memebedakan dengan pendapatan adalah karakteristik ke 2 sebagai lawan dari operasi utama. Untung perlu dibedakan dengan pendapatan menurut FASB karena adanya karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. FASB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu (SFAC No. 6, prg.85):
a.       Periferal atau incidental
a.       Transfer nontimbal-balik
b.      Penahanan Aset
c.       Faktor lingkungan
Pendapatan dapat diadakan ada jika terjadi suatu transaksi atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk kas. Paton dan Littleton menyebutkan transaksi, kejadian dan peristiwa yang dapat menambah aset, yaitu: transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor, laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, hadiah, donasi atau temuan, revaluasi aset yang telah ada, dan penyediaan dan / atau penyerahan produk (barang atau jasa). Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk.
Tidak semua kenaikan dari aset dapat disebut sebagai pendapatan. Kegiatan sentral menerus atau berlanjut merupakan kharakteristik yang membatasi kenaikan aset sebagai pendapatan. Menurut kharakteristik operasi utama berlanjut, pendapatan merupakan produk perusahaan yang dihasilkan sebagai upaya produktif. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan bisa diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non operasi.
Kharakteristik lain yang membentuk definisi pendapatan adalah penurunan kewajiban. Penurunan Kewajiban terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan. Penerimaan ini merupakan kewajiban sampai ada kegiatan dari perusahaan berupa pengiriman barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kata entitas atau perusahaan dimasukkan dalam pendefinisian suatu pendapatan, hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefiisian. Pendapatan merupakan kenaikan aset, dimana aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, antara perusahaan dan pemilik mempunyai hubungan hutang piutang sehingga pada aset naik sebagai pendapatan, utang perusahaan kepada pemilik juga naik dalam jumlah yang sama.
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Pendapatan dikatakan sebagai produk perusahaan karena pendapatan terbentuk bersamaan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan. Paton dan Littleton juga memasukkan kharakteristik pertukaran dalam pendefinisian pendapatan. Hal ini dikarenakan pendapatan harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling obyektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil dari transaksi atau pertukaran antar pihak yang independen. Pendapatan juga merupakan suatu konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun, sehingga antara perusahaan dagang atau jasa bisa memiliki nama yang berbeda dalam pendefinisian pendapatan.
Banyak argumen yang diajukan mengenai pembedaan definisi antara pendapatan dan untung. FASB membatasi pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan dengan operasi utama. Sedangkan IAI dan APB tidak memebdakan pendapatan dan untung, dan keduanya digabung dalam konsep income. Seperti halnya pendapatan, terdapat kharakteristik yang membentuk pengertian untun, yaitu kenaikan ekuitas, transaksi periferal atau insidental, dan selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik. FASB melalui SFAC No. 6 merinci lebih lanjut mengenai transaksi, kejadian atau keadaan yang menimbulkan untung, yaitu periferal dan insidental, transfer nontimbal-balik, penahanan aset, dan faktor lingkungan.
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan. Pendefinisian pendapatan harus dipisahkan dari pengetian pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu secara konseptual, pendapatan hanya diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran dan keterandalan. Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan.
Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pembentukan pendapatan, terdapat dua konsep penting yang perlu dipahami yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan. Pembentukan pendapatan merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Sementara itu, konsep Realisasi Pendapatan menjelaskan bahwa Pendapatan terjadi atau terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atau pada saat terjual atas dasar kontrak penjualan. Konsep realisasi pendapatan lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pendapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan.
Untuk memenuhi kualitas keterukuran dan reliabilitas dan untuk memenuhi konsep dasar upaya dan hasil, kriteria pengakuan pendapatan didasarkan atas dua konsep yang saling melengkapi yaitu untuk dapat mengakui pendapatan, pembentukan pendapatan harus dikonfirmasi dengan realitas. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan yang keduanya harus dipenuhi, yaitu : terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi, terbentuk/terhak. Meskipun harus dipenuhi, bobot pentingnya dua kriteria tersebut bisa berbeda untuk keadaan tertentu.
Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu mendahului realisasi pendapatan. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat yaitu keterukuran nilai aset, adanya suatu transaksi, dan proses penghimpunan secara substansial telah selesai.
Pembentukan Pendapatan
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas hasil transaksi tertentu. Operasi perusahaan meliputi kegiatan produksi, penjualan, dan pengumpulan piutang. Konsep pembentukan ini sering disebut pendekatan proses pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan.
Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil serta kontinuitas usaha. Karena tujuan perusahaan adalah menciptakan laba, manajemen atau pengusaha mengharapkan diharapkan bahwa pendapatan selalu lebih besar dari biaya. Jadi, dapat dikatakan bahwa setiap kali kos terjadi dalam tiap tingkat operasi perusahaan maka sejumlah laba telah terbentuk secara proporsional dengan kos yang terjadi. Dengan kata lain begitu kos 

diolah pendapatan sudah mulai tercipta. Sebaliknya, bila perusahaan belum melakukan kegiatan operasi apapun, maka pendapatan belum terbentuk.
Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenitas kos yaitu bahwa semua tahap kegiatan atau unsur di dalamnya mempunyai kedudukan atau arti penting yang sama dalam menghasilkan pendapatan. Selain itu ada konsep realisasi, dengan konsep ini pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali. Pendekatan transaksi menyebabkan terjadinya pendapatan lebih berkaitan dengan tahap kegiatan penjualan daripada dengan tahap produksi. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi  lebih menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu:
1.      Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.
2.      Pengauatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancer.

Kriteria Pengakuan Pendapatan
FASB mengajukan dua criteria pengakuan pendapatan yang keduanya harus dipenuhi yaitu:
a)      Terealisasi atau cukup pasti terrealisasi
Pendapatan dikatakan telah terealisasi bilamana produk, barang dagangan, atau aset lain telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas.
b)      Terbentuk/ terhak (earned)
Pendapatan dikatakan terbentuk bilaman perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.
Namun menurut Kam (1990, hlm. 243-252) mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:
  1. Keterukuran nilai aset
  2. Adanya suatu transaksi
Saat Pengakuan Pendapatan
Pada Saat Kontrak Penjualan
Pendapatan diakui jika sudah terjadi penjualan. Jika saat kontrak dilakukan ada pembayaran di muka, maka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli
Selama Proses Produksi Secara Bertahap
Terdapata 2 metode pengakuan pendapatan yang dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi ata sekaligus pada saat projek selesai da diserahkan yaitu:
1.      Metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method)
2.      Metode kontrak-selesai (completed-contract method)
Permasalahan untuk metode ini adalah terjadi ketidakseimbangan voleme pendapatan dan kegiatan produksi antartahun karena projek-projek tidak terjadi secara merata antartahun atau nilai-nilai projek tiap tahun sangat fluktuatif sementara perusahaan tetap menggunakan periode sebagai takaran pengukuran dan pelaporan laba. Selain itu masalah ini timbul jika perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.
Alternatif untuk memecahkan masalah ini yaitu:
·         Penggunaan projek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya periode waktu
·         Perusahaan mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran pehitungan laba. Secara keseluruhan proses penghimpunan belum cukup selesai, tetapi penghimpunan untuk satu periode dapat dianggap telah cukup sehingga pendapatan dapat diakui secara proporsional untuk periode tersebut
Akresi
§  Akresi (accretion) adalah pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya.
·      Contohnya untuk produk anggur dan barang antik, dengan berjalannya waktu (proses penuaan), nilai aset akan semakin bertambah. Dalam definisi ini, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena terjadi kenaikan aset dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif. Pertambahan tersebut berkaitan dengan operasi utama perusahaan
§  Dalam akresi, pendapatan sudah terbentuk tetapi belum terealisasi karena untuk merealisasi pertambahan nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih harus harus diikuti dengan perubahan bentuk aset menjadi aset lancar baru (kas atau piutang)
·      Pada pelaporan laba periodik, pelaporan akresi jumlah rupiahnya harus dilaporkan terpisah dari laba yang telah benar-benar terealisasi
Apresiasi
·         Apresiasi adalah selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi)
·         Apresiasi berlaku untuk semua jenis aset tidak terbatas pada aset yang dikategori sebagai produk dan kenaikan asetnya tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan melainkan berkaitan dengan kondisi pasar
·         Apresiasi bukan merupakan suatu hasil dari proses pembentukan pendapatan karena tidak ada upaya yang disengaja untuk menaikkan aset
·         Paton dan Littleton (1970) menentang apresiasi sebagai pendapatan karena:
1.      Apresiasi bukan merupakan transasksi
2.      Kenaikan nilai pasar bukan merupakan pendapatan yang nyata
3.      Apresiasi tidak menunjukkan kemajuan kegiatan operasi perusahaan
4.      Apresiasi bukan hasil transaksi atau kegiatan produksi
5.      Apresiasi tidak menambah sumber ekonomik untuk mendanai operasi
Apresiasi tidak objektif
1.      Penetuan besarnya nilai pasar, khususnya untuk aset-aset yang kompleks atau khusus, mempunyai validitas yang diragukan
2.      Untuk aset berupa tanah atau lainnya dalam kondisi tertentu, jumlah rupiah apresiasi tersebut semata-mata hanyalah pendapat sehingga kos reproduksi dan depresiasinya tetap merupakan taksiran yang meragukan keterandalannya
3.      Apresiasi seolah-olah dapat diubah menjadi dana likuid melalui penjaminan atau utang sehingga aset dapat merupakan alat atau cara untuk memperoleh tambahan aset likuid

PENGHEMATAN KOS
Pos pembelian yang bersangkutan dengan prosespembelian yang sering dianggap pendapatan yaitu potongan pembelian dan pembelian dengan harga murah atau pembeli beruntung
Potongan pembelian tidak memenuhi definisi pendapatan karena berkaitan dengan proses pembelian yaitu proses pemerolehan aset pada tingkat awal
Semua jenis potongan pembelian diperlakukan sebagai pengurang (offsets) yaitu setiap tambahan pembayaran karena ketidakmampuan membayar dalam periode potongan (discount period) merupakan rugi dan potongan yang diperoleh karena membayar dalam periode potongan adalah pengurang atau penyesuai kos (cost adjustment) bukan untung.
Penghematan kos sama sekali bukanlah pendapatan. Efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan mempunyai pengaruh terhadap laba yang akhirnya dipeoleh tetapi diperolehnya laba masih menunggu realisasi penjualan
PADA SAAT PRODUK SELESAI
Ini memiliki arti bahwa pendapatan diakui pada saat akhir tahap produksi. Misalnya untuk produk pertambangan dan pertanian. Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai mempunyai alasan logis yang kuat untuk industri ekstraktif, penggunaannya secara umum kurang dapat diterima bahkan dalam industri ekstraktif sekalipun.
PADA SAAT PENJUALAN
o   Merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi dengan adanya kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara obyektif
o   Pada saat penjualan, jumlah rupiah harga telah disepakati dan produk telah keluar dari perusahaan
o   Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baeu ke dalam perusahaan untuk:
1.      menutup kos yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi  yang berkulminasi dengan penyerahan produk
2.      menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada kredito, bunga kepada kreditor, dan deviden kepada pemegang saham
o   Masalah yang muncul untuk metode saat penjualan diantaranya:
1.      Kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna-jual atau pasca-jual
2.      Kemungkinan atau pengembalian barang berkaitan dengan masalah kolektibilitas
o   Penyelesaian masalahnya yang muncul:
1)        Kembalian dan Potongan Tunai
o   Syarat-syarat pendapatan dapat diakui saat penjualan dengan hak mengembalikan menurut SFAS No. 48, prg. 6 yaitu:
a.       Harga jual cukup pati dan dapat ditentukan pada tanggal penjualan
b.      Pembeli sudah membayar kepada penjual
c.       Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi pencurian atau kerusakan fisis produk
d.      Pembeli benar-benar ada secara substantif
e.       Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk yang sama
f.       Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak
o   Potongan tunai penjualan tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Potongan penjualan adalah potongan yang ditawarkan penjual melalui tema penjualan
o   Jumlah rupiah penjualan yang efektif adalah jumlah rupiah neto atau setelah potongan tunai buakn jumlah kotor faktur
2) Kos Purna-jual
Penyesuaian untuk kos purna-jual merupakn bagian dari pengukuran laba yang tepat dilakukan dengan mendebit jumlah rupiah taksiran kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang sama ke dalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun
3)   Kerugian piutang
Masalah ini diatasi dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi (net realizable value). Kerugian piutang disajikan sebagai biaya penjualan di statemen laba-rugi dengan pengumpulan piutang atau dapat juga sebagai pengurang langsung pos pendapatan
4)   Transaksi penjualan
Ketentuan untuk mengakui pendapatan dari penjualan menurut PSAK No. 23:
·         Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli
·         Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual
·         Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
·         Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut
·         Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal



PADA SAAT KAS TERKUMPUL
Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang karena adanya ketidakpastian tentang kolektibilitas atau ketertagihan piutang
Ø  Jumlah tagihan pada umumnya proporsional dengan jasa yang telah dilaksanakan dari seluruh nilai kontrak yang kelayakannya bergantung pada lamanya jasa diserahkan dan dikonsumsi
  1. Jasa yang dikonsumsi dalam jangka pendek
  2. Jasa yang dikonsumsi dalam jangka panjang
  3. Argumen pendukung
  4. SAAT PENGAKUAN PENJUALAN JASA
    Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. AICPA memberikan kaidah umum untuk penjualan jasa, yaitu Saat jasa telah dilaksanakan atau dikonsumsi, selama proses pelaksanaan secara bertahap, saat pelaksanaan jasa selesai sepenuhnya, dan saat kas terkumpul
    Yang sulit ditentukan dalam pengakuan penjualan jasa adalah kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa te;ah terjadi dan selesai.
    Kaidah pengakuan umum penjualan jasa menurut AICPA:
    1.      Pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan telah selesai dilakukan
    2.      Pendapatan diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional jika pekerjaan dilakukan secara bertahap
    3.      Pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai untuk pekerjaan dilakukan secara bertahap, jika:
    a.       Proporsi jasa yang dilakukan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan
    b.      Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditentukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menetukan tingkat penyelesaian pekerjaan tersebut
    4.      Pendapatan harus diakui pada setelah kas terkumpul jika terdapat ketidakpastian yang tinggi kolektibilitas pendapatan jasa

    Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan menurut FASB dalam SFAC No. 5 paragraf 84:
    A.    Kriteria terbentuk dan terealisasi dipenuhi pada saat barang diserahkan atau jasa diberikan konsumer
    B.     Jika kontrak penjualan atau penerimaan kas (atau keduanya) mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan diakui pada saat terhak (earned) dan pengiriman (delivery)
    C.     Kalau produk dikontrak  sebelum diproduksi, pendapatan diakui bertahap dengan metoda persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk
    D.    Jika jasa diberikan atau hak menggunakan aset berlangsung secara terus menerus, selama suatu perioda, pendapatan diakui bersamaan dengan berjalannya waktu
    E.     Jika produk atau aset dapat segera terealisasi, pendapatan dan untung atau ruginya diakui saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah
    F.      Jika produk, jasa, atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak dapat segera dikonversi, pendapatan dan untung atau ruginya diakui pada saat transaksi telah selesai dengan nilai wajar aset nonmoneternya dapat ditentukan dalam kisaran wajar
    G.    Jika ketertagihan aset yang diterima meragukan, pendapatan diakui atas dasar kas yang terkumpul


    PROSEDUR PENGUKURAN
    Saat atau kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada level penetap standar. Agar dapat dilaksanakan pada level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis dan prosedural dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut.
    Kaidah pengakuan pendapatan harus dijabarkan dalam bentuk kebijakan akuntansi atau prosedur akuntansi (accounting manual) untuk menetukan kegiatan internal yang dapat dijadikan tanda atau pemicu pengakuan pendapatan.
     
    Permasalahan
    a.       Bagaimana cara  mengakui pendapatan bertahap dengan metoda persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk ?
    b.      Bagaimana kebijakan akuntansi terkait dengan pendapatan?apa yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prosedurnya?






0 komentar: