Rabu, 20 Juni 2012
Teori Akuntansi_Biaya
BIAYA
IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam Standar
Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama
satu perioda akuntansi dalam bentuk arus keluar atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.”
Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu :
1. Aliran
keluar atau penurunan asset
2. Akibat
kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus
Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat
karakteristik lain yang bersifat sebagai konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
Penurunan
Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus
terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan asset atau menimbulkan aliran
keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian bahan baku untuk pembuatan produk
tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut belum terjual
(keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum terjual sebenarnya
belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk asset sebagai
potensi jasa.
Operasi
Utama yang Menerus
Tidak semua penurunan atau konsumsi asset
membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan
kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Perusahaan dianggap ingin
mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, harus ada kaitan yang logis antara
biaya dan pendapatan
Kenaikan
Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak
hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasannya
adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi pula pos-pos yang timbul
dalam penyesuaian akhir tahun. Sebagai contoh adalah tarif pengiriman barang
oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa pengiriman telah
dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti
dengan kenaikan kewajiban.
Penurunan
Ekuitas
Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian
biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan ekuitas.
Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan asset tetapi tidak dapat
disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik
pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian terbayar
sebagai karakteristik pendukung pengertian kewajiban.
Aliran
Fisis atau Moneter ?
Biaya timbul dari penyerahan/produksi barang
atau dari pelaksanaan jasa memberi isyarat bahwa FASB memaknai biaya sebagai
kejadian fisis. Bila asset diganti dengan barang dan jasa (seperti yang
disarankan Kam), aliran tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Secara semantic,
biaya seharusnya didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga
timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter.
Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian
rugi adalah: 1) Penurunan ekuitas (asset bersih); 2) Transaksi peripheral atau
incidental; 3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi
ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi yang di
identifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg. 85):
a. Peripheral
dan incidental
b. Transfer
nontimbal-balik
c. Penahanan
asset
d. Factor
lingkungan
Pengakuan
Biaya
Pengakuan menyangkut masalah criteria pengakuan
yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai asset yang memenuhi definisi
biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau
kejadian apa yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi
Kriteria
Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana
salah satu dari dua criteria berikut terpenuhi (SFAC No. 5,prg. 85) :
a) Konsumsi
manfaat
Biaya
atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan
atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atu
sentral entitas tersebut.
b) Lenyapnya
atau berkurangnya manfaat masa datang
Biaya
atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah
berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.
FASB memberikan pedoman umum saat
pengakuan seperti dibawah ini.
Hubungan
Kos dan Biaya
Biaya selalu dapat disebut kos karena kos
melekat di dalamnya (konsep dasar kos melekat). Akan tetapi, kos tidak selalu
dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset. Dengan kos
sebagai pengukur, criteria konsumsi manfaat dan kenyelapan manfaat dapat
dinyatakan dalam bentuk keterhabisan kos.
Proses
dan Konsep Penandingan
Dua tahap kritis perlakuan kos adalah pengakuan
(aliran masuk sebagai asset) dan pembebanan (aliran keluar sebagai biaya).
Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan dengan cara mengukur
atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian
menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip
penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya
sehingga laba yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu
kebutuhan dalam akuntansi karena alasan berikut:
1. Pengakuan
pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik
pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
2. Transaksi
terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi
terjadinya biaya.
Menandingkan
Bukan Mengkompensasi
Aliran pendapatan dan kos berbeda dan keduanya
mencerminkan dua factor yang berbeda (upaya dan hasil) sehingga tipa factor
harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya. Pos yang satu tidak
selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.
Basis
Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya,
perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang menggambarkan penandingan yang secara
ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi diantaranya sebagai berikut.
Asosiasi
Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya
merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berati
ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh Karena itu, basis
penandinagn yang paling masuk akal adalah sebab-akibat walaupun basis ini lebih
merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk
dibuktikan secara menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan
Paton dan Littleton (1970) menyatakan dasar ini
adalah yang paling ideal karena paling merepresentasi konsep upaya dan hasil.
Namun penandingan langsung menghadapi beberapa masalah teknis diantaranya :
Ø Identifikasi Kos Produk
Karena
produk terjual merupakan takaran penandingan, kos produk akan dipecah menjadi
dua komponen yaitu kos produk yang telah terjual dan kos produk yang belum
terjualdan masih menjadi asset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual
akan langsung dibebenkan sebagai biaya. Kos sediaan baru dibebankan sebagai
biaya kalau produk telah terjual.
Ø Produk Usang atau Musiman
Masalah
lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab akibat adalah adanya
produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalannya adalah apakah kos produk
musiman yang tidak terjual merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai
rugi) . Sediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya merupakan upaya (biaya)
atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai musim tertentu. Jadi tidak
selayaknyalah kos sediaan yang tidak terjual diperlakukan sebagai rugi.
Ø Barang Rusak
Kelayakan
ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi
suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan
merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang
yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya,
kalau kerusakan atau cacatnya produk merupakan hal yang tidak biasa terjadi
(karena kelalaian atau musibah) maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan
sebagai rugi.
Ø Identifikasi Kos Nonproduk
Dalam
kaitannya dengan penandingan sebab-akibat ,kos nonproduksi tidak harus ditunda
pembebanannya untuk dikeitkan dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada
kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos
nonproduksi. Ini berarti asosiasi produk diganti dengan asosiasi perioda.
Ø Biaya Antisipasian
Biaya
antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan
timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi seteleh pendapatan diakui. Sebagai
contoh adalah kos yang berkaitan dengan kegiatan purna-jual seperti jaminan
penjualan, jaminan reparasi gratis, dan pengumpulan piutang. Bila penandingan
sebab-akibat dipertahankan , kos semacam itu harus diantisipasi dan diakui pada
periode terjadinya penjualan meskipun kos belum terjadi.
Alokasi
Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses
penandingan dengan perioda sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini
sering disebut penandingan perioda. Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang
menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda bukan produk.
Kriteria
Penangguhan
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup
beralasan untuk langsung dibebankan daripada ditunda atau disediakan untuk
mencapai tepat-tanding.
Alokasi
Kos Bergabung atau
Bersama
Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat
internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi
total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Alokasi
semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa antarperioda.
Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda akan lebih
menyesatkan hasilnya daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi memberi
kesan adanya ketepatan yang dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat
dipenuhi.
Alokasi
Bukan Sarana Pemerataan Laba
Fungsi akuntansi adalah untuk mengungkapkan
kondisi perusahaan dengan jelas bukan malahan menutupinya dengan pemerataan
laba. Kemajuan dan reputasi suatu perusahaan harus ditunjukkan dengan kinerja
yang sebenarnya bukan semata-mata dengan permainan angka. Untuk mengatasi
fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen
laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba yang
diratakan.
Pendekatan
Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm
dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi dalam akuntansi. Thomas
menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik
berikut dipenuhi:
1) Ketertambahan
2) Ketakraguan
3) Keterpertahankan
PENANDINGAN
DAN PENYAJIAN POS-POS BIAYA
Idealnya tiap unit produk menyerap semua jenis
kos operasi (produksi, penjualan, administrasi dan pengumpulan piutang). Akan
tetapi, karena tidak mudahnya untuk menghubungkan secara layak kos kegiatan non
produksi ke produk, penakar yang umum dipakai adalah perioda. Penakaran
berbasis perioda menjadikan alokasi sistematik dan rasional suatu hal tidak
dapat dihindari.
Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi di
atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa. Masalah khusus terjadi dalam hal
sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu gedung/pabrik dan
perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut membahas masalah teoritis
yang menyangkut pos-pos tersebut.
SEDIAAN
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada
akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut :
1) Penentuan
besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga
dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
2) Penentuan
nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai sediaan
sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara
persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi yang paling
menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang tepat
antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.
Metoda
Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan
unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan
demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam
memgikuti aliran fisis barang.
Berbagai metoda asosiasi akan dibahas dalam
kaitannya dengan beberapa pertimbangan di atas.
Identifikasi
Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya
rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan pengendalian di samping
tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini mengandung beberapa
kelemahan antara lain :
a.
Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan
dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan hasil dari seluruh
upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b.
Untuk jenis barang yang homogen dan harganya
relative murah, metoda ini menjadi terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai
tambahan informasi yang diperoleh
c.
Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda
ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba atau earnings management.
Metoda
Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini sangat logis dalam merefleksi
asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk memecah kos ke
dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos yang benar-benar
melekat dalam kedua komponen tersebut.
Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan
pendapatan menjadi tujuan metoda ini paling didukung atas dasar argument
berikut :
a.
Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus
yang menjadi standar pemecahan kos.
b.
Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan
sendirinya terealisasi dan diakui bersamaan dengan terjualnya barang walaupun
tidak disajikan secara terpisah dan melekat dalam angka laba.
c.
Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan
menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang atau kos pengganti.
Rata-Rata
Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses
produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama selama satu perioda
menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli
berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam
suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan (massa).\
Sediaan
Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan
permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang
sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atau
fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga satuan
yang cukup pasti.
Masuk
Terakhir Keluar Pertama
Metoda ini sangat popular di Amerika karena
metoda tersebut dapat digunakan dalam penilaian sediaan untuk kepentingan
pengisian surat pemberitahuan pajak (tax-return) walaupun di satu sisi MTKP
mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan, beberapa kritik
diajukan terhadap metoda ini yaitu antar lain :
a.
Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di
neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang sesungguhnya dan kemungkinan tidak
mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah kos yang sudah
using.
b.
Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk
mengatasi perubahan tingkat harga umum (daya beli) yang sering dijadikan alasan
untuk penggunaan metoda ini.
c.
Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang
sesungguhnya sehinga tidak menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar
kegiatan yang kronologis.
Implikasi
Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Seandainya metoda yang layak telah ditetapkan,
keterandalan kos sediaan akhirnya sangat bergantung pada system penelusuran
factor produksi yang membentuk produk atau barang. Jadi, dalam kondisi operasi
perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam penentuan laba
periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada pengukuran yang
mendekati ideal.
FASILITAS
FISIS
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada
saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai asset dan baru kemudian kos
tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang
direpresentasi dengan kos.
Karakteristik
dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu
merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan
operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sbb :
a.
Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan
untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi perusahaan.
b.
Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas
sehingga perlu penggantian.
c.
Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau
hak perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak miliknya.
d.
Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan
manfaat yang dapat diberikan berupa potensi jasa (service potentials) bukan
daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Makna
Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu
proses alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur
atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan dalam
menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan jenis
biaya operasi lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kos fasilitas fisis
merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar dimuka; akuntansi depresiasi
merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka tersebut ke produksi
atau perioda berjalan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan, depresiasi
secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik
dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.
Depresiasi
Sebagai Proses Akumulasi Dana
Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk
dapat mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat mengganti
fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya, perusahaan harus menyisihkan
dana dari pendapatan yang diperoleh. Pengakuan biaya depresiasi tidak mempunyai
kaitan langsung dengan masalah penggantian.
Depresiasi
Sebagai Pemulihan Investasi
Secara konseptual sama dengan pandangan di atas
tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai dengan utang. Agar perusahaan
mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan penyisihan dana dengan
cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar depresiasi.
Depresiasi
sebagai Proses Penilaian
Salah satu pendefinisian secara semantic adalah
depresiasi dipandang sebagai penurunan potensi jasa (decline in serve
potential) selama periode operasi akibat keausan fisis, konsumsi manfaat atau
keusangan teknologis. Dengan demikian penurunan potensi jasa selama perioda
dapat dipandang sebagai selisih penilaian antara potensi jasa awal dan potensi
jasa akhir baik secara fisis maupun moneter.
Nilai
Setara Tunai (current cash equivalents)
Dengan basis ini penurunan nilai fasilitas fisis
ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara tunai pada awal dan
akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar asset yang sama dalam kondisi yang
sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang stabil.
Kontribusi
pendapatan Neto Diskunan (discounted net revenue contribution)
Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan
dengan cara menghitung selisih nilai diskunan aliran kontribusi pendapatan neto
pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah tambahan aliran
kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan.
Penilaian ini memerlukan informasi tariff diskun yang biasanya didasarkan atas
tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas resiko atau tingkat bunga
umum yang berlaku.
Depresiasi
sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Pendapatan neto disini adalah pendapatan yang
dihasilkan oleh fasilitas fisis dikurangi biaya pengoprasian fasilitas fisis.
Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan merefleksi variasi
penyerapan jasa fasilitas fisik.
Metoda
Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang
mendasarkan diri pada aliran penyerapan kapasitas jasa tersebut. Dengan kata
lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit produksi (production or output
method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah penentuan kapasitas
total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
Jadi yang paling diperlukan adalah suatu
kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis didasarkan atas berbagai
kemungkinan dan factor yang melingkupi fasilitas fisis yang bersangkutan.
Hubungan
Depresiasi dan Laba
Ini berarti besarnya biaya depresiasi
bergantung pada besarnya pendapatan dalam perioda tertentu. Implikasinya adalah
dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya
depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun kurus”. Jadi meskipun tetap dituntut
untuk menaksir depresiasi tahunan secara seksama, rasional dan objektif,
hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi besarnya laba.
Koreksi
Terhadap Kesalahan Taksiran
Program depresiasi harus direvisi bilamana
kenyataan jelas menunjukkan bahawa revisi tersebut diperlukan. Yang penting
adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus dilaporkan melalui statement
laba rugi.
Jadi, kalau pemberhentian dari penggunaan sudah
pasti terjadi maka kos yang melekat pada fasilitas tersebut juga harus
dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi setelah
pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal
adanya rugi tersebut. Kos yang harus dibebankan ke operasi selama umur
fasilitas fisis yang baru adalah terbatas pada kos unit baru tersebut. Sisa
kapasitas fasilitas fisis lama tidak menambah daya atau kapasitas fasilitas
fisis baru.
TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah
tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya depresiasi. Dengan
kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas
waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos tanah
sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.
Tanah
Bukan Hak Milik Permanen
Dalam keadaan seperti ini, akuntansi yang sehat
menghendaki pemisahan kos tanah menjadi bagian yang dimasukkan sebagai kos sisa
tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan kos elemen tanah yang dapat habis
jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian ditentukan alokasi kos
semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi, dengan akuntansi seperti
di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan tanah akan
menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.
Sumber
Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa
nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke produksi atas dasar pengambilan
atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga depresiasi,
deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan
secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba
bersih.
ASET
TAK BERWUJUD
Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi
harus segera dilakukan kalau kondisi menunjukkan bahwa asset tak berwujud
tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang penting. Karena banyak masalah
teoritis yang timbul, dua jenis asset tak berwujud yaitu goodwill dan kos organisasi
dibahas di bawah ini.
Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah
tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai
pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Kos goodwill
yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi pada
dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted
value) kelebihan laba yang dihasilkan. Dengan demikian, sangat masuk akal kalau
kos yang diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap dan dibebankan ke
pendapatan selama kurun waktu yang dijadikan dasar dalam mempertimbangkan kos
pemerolehan perusahaan sehingga laba yang tampak dalam statement laba rugi
menunjukkan laba bersih normal.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat
diakui dalam satu akun debit dan dimaknai sebagai akun penilaian induk (master
valuation account) terhadap semua asset sebagai satu kesatuan.
Kos
Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak
berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan asset tetap berwujud
yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian tersebut harus mulai
diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan pengerutan
kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya
diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus dan berkembang tetapi tidak
semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan mengalami kemunduran
yang terus menerus. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang usahaeksploitasi
sumber daya alam, penyerapan secara sistematik kos organisasi selama umur
fasilitas fisis (pabrik) adalah perlakuan yang paling layak. Dengan dasar
pikiran yang sama, jumlah rupiah komisi atau berbagai pengeluaran yang lain
yang berkaitan dengan penerbitan surat-surat berharga harus diserap
(dihapuskan) selama sisa umur surat berharga tersebut.
PENYAJIAN
BIAYA
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari
penyajian pendapatan dan saran untuk itu adalah statemen laba rugi.
0 komentar:
Posting Komentar